13 February, 2013

Kisah Anak Muda Al-Hafiz Qur'an...

Mata adalah jendela dunia. Tanpanya, hidup terasa tidak sempurna. Sedih dan mengeluh itu pasti terjadi pada sebagian manusia yang kehilangan penglihatannya. Tapi tidak dengan anak muda dari Mesir ini. Beliau adalah salah seorang hamba Allah yang ikhlas atas ketetapan-Nya. Penyiar TV Arab Saudi Al-Wathan mewawancara anak istimewa ini. Seorang anak lelaki cacat penglihatan penghafal Al-Quran dari Mesir yang berusia 11 tahun.


Dalam wawancara itu penyiar TV Al-Wathan menanyakannya perihal bagaimana beliau belajar Al-Quran tanpa dapat melihat mushaf. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat pengajian. “Saya yang datang ke tempat syaikh,” katanya. “Berapa kali dalam seminggu?” tanya penyiar TV. “Tiga hari dalam seminggu,” jawabnya. Jawaban anak ini kian membuat terkejut ketika anak ini memberitahu penyiar bahwa Syaikh yang mengajarinya Al-Quran hanya mengajarinya satu ayat per hari. “Pada awalnya hanya satu hari dalam seminggu. Lalu saya mendesak beliau dengan sangat agar ditambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam seminggu. Syaikh saya sangat tegas dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat sahaja setiap hari,” ujarnya. “Satu ayat saja?” respons penyiar terkejut, takjub dengan semangat waja anak ini. Dalam tiga hari itu beliau khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Quran, hingga beliau tidak bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Sang penyiar tersenyum dan menempuk paha anak itu tanda kagum, yang disambut senyum ceria oleh anak ini. Yang lebih mengagumkan adalah pernyataannya tentang kecacatannya. Beliau tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penghilahatannya, rahmat Allah yang beliau harapkan. “Dalam solat saya, saya tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatan saya,” katanya. Mendengar jawaban anak ini sang penyiar semakin terkejut. “Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu? Kenapa?” tanyanya kehairanan. Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukan beliau tidak yakin kepada Allah, bukan. Namun beliau menginginkan yang lebih indah daripada penglihatan. “Semoga menjadi keselamatan bagi saya pada hari pembalasan (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut. Allah akan menanyakan nikmat penglihatan, apa yang telah engkau lakukan dengan penglihatanmu? Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya untuk saya pada hari kiamat kelak,” katanya dengan tegas. Mendengar kalimat mulia anak ini, semua diam. Penyiar TV nampak berkaca-kaca dan air matanya menitis. Para kakitangan di stesyen TV serta kru TV tersebut juga tidak dapat menahan cucuran air mata.



“Pada saat ini, saya teringat banyak kaum muslimin yang mampu melihat namun bermalas-malasan dalam menghafal kitab Allah, Al-Quran. Ya Allah, bagaimana alasan mereka esok (di hadapan-Mu)?” kata penyiar. “Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan,” kata penghafal Quran muda ini. Subhanallah, indahnya dunia tidak membuatnya lupa akan Rabbnya dan hari pembalasan. Ia juga mengatakan bahwa ia terinspirasi daripada kaidah Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah (rahimahullah). “Kaidah imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berbunyi ‘Allah tidak menutup atas hamba-Nya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu dengan rahmat-Nya,’” katanya. Kehilangan penghlihatan sejak kecil, tidak membuat ia mengeluh kepada Sang Pencipta. Beliau tak iri hati pada orang lain apalagi kufur nikmat. Ikhlas menerima takdirNya. “Segala puji Allah, saya tidak iri hati kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah tidak dapat melihat. Ini semua adalah qadha’ dan qadar Allah,” katanya. “Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kita sebagai penghuni surga Al-Firdaus yang tertinggi,” kata anak istimewa ini. Matanya yang buta, tidak membuat hatinya buta dalam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Subhanallah.

Dalam sebuah hadits Qudsi Nabi s.a.w. bersabda: Allah berfirman: “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan menghilangkan penglihatan kedua matanya lalu ia bersabar, nescaya Aku akan menggantikan penglihatan kedua matanya dengan surga.” (HR. Bukhari no. 5653, Tirmidzi no. 2932, Ahmad no. 7597, Ad-Darimi no. 2795 dan Ibnu Hibban no. 2932). (siraaj/arrahmah.com).





Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami yang telah lalu, amin...

Kasih Allah tiada batas...

Sengaja Allah SWT menunda-nunda siksaan terhadap hamba-Nya yang berbuat dosa sebagai tanda cinta-Nya dan untuk memberikan kesempatan kepada hamba-Nya agar segera bertaubat.



Allah S.W.T berfirman: “Jika Allah menghukum manusia kerana kezalimannya, nescaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (Al-Nahl : 61).



Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami yang telah lalu, amin...